Minggu, 25 November 2012

Teka Teki Sebagai Media Pembelajaran




20MEI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam proses pembelajaran di dalam kelas, pengajar memegang peran penting dalam proses pembelajaran . Segala kegiatan yang ada di dalam kelas sepenuhnya tanggung jawab pengajar sehingga keberhasilan atau kegagalan kelas tersebut ditentukan oleh peran pengajar pada umumnya . Keterbatasan guru dalam menyampaikan materi pelajaran sering menjadi salah satu kendala terhadap pencapaian tujuan pembelajaran. Pada umumnya guru dalam mengajar menggunakan metode ceramah padahal tidak semua materi bahan ajar cocok disampaikan dengan menggunakan metode ceramah saja, apabila seperti itu bisa terjadi salah persepsi atau pemahaman sehingga menyebabkan tujuan pembelajaran tidak tercapai . Apabila tujuan pembelajaran tidak tercapai atau bisa dibilang gagal maka yang disalahkan pertama kali adalah pengajarnya. Maka dalam hal ini, pengajar harus pandai-pandai memutar otak agar proses pembelajaran berlangsung dengan baik dan tujuan pembalajaran dapat tercapai.
Agar proses pembelajaran berjalan lancar dan baik , pengajar dalam mengajar mustahil tidak menggunakan media atau alat bantu mengajar . Pengajar harus menggunakan media dalam mengajar entah itu buku acuan atau apa saja yang bisa membantu dalam proses pembelajaran agar peserta didik faham . Sebab dengan menggunakan media pembelajaran proses pembelajaran jadi lebih menarik dan peserta didik lebih memahami apa yang disampaikan oleh pengajar.


B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan tentang pengertian Teka-Teki Silang ?
2. Jelaskan tentang pengartian Media Pembelajaran ?
3. Jelaskan tentang sejarah singkat Teka-Teki Silang ?
4. Jelaskan tentang Teka-Teki Silang sebagai Media Pembelajaran ?
C. Tujuan
Makalah ini dibuat karena memiliki tujuan sebagai berikut :
1. Mengetahui sejarah munculnya Teka-Teki Silang
2. Mengetahui aplikasi menggunakan Media Teka-Teki Silang dalam proses pembelajaran
D. Manfaat
Dengan membaca makalah yang saya susun ini , diharapkan pembaca dapat membuat terobosan-terobosan media pembelajaran yang berguna dalam dunia pendidikan dan memahami bahwa media pembelajaran tidak terpicu hanya pada barang elektronik atau barang yang modern melainkan suatu permainanpun bisa dijadikan media pembelajaran, tergantung bagaimana cara kita memperlakukannya barang atau permainan tersebut .

BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Teka-Teki Silang dan Media Pembelajaran
Pertama , pengertian Teka-teki silang . Teka-teki silang merupakan sebuah permainan yang cara mainnya yaitu mengisi ruang-ruang kosong yang berbentuk kotak dengan huruf-huruf sehingga membentuk sebuah kata yang sesuai dengan petujuk . Selain itu mengisi teka-teki silang atau biasa disebut dengan TTS memang sungguh sangat mengasikan , selain juga berguna untuk mengingat kosakata yang populer , selain itu juga berguna untuk pengetahuan kita yang bersifat umum dengan cara santai. Melihat karakteristik TTS yang santai dan lebih mengedepankan persamaan dan perbedaan kata , maka sangat sesuai kalau misalnya dipergunakan sebagai sarana peserta didik untuk latihan dikelas yang diberikan oleh guru yang tidak monoton hanya berupa pertanyaan-pertanyaan baku saja.
Teka-teki silang yang menjadi kegemaran lintas generasi ini, sesungguhnya merupakan hal baru, tetapi tidak begitu baru. Artinya, hal ini sudah berlangsung dari zaman ke zaman dengan format dan bentuk yang serupa tapi tak sama. Catatan sejarah menyatakan bahwa format TTS seperti sekarang sudah ada sejak zaman kuno. Bentuknya masih cukup sederhana, yaitu sebuah bujur sangkar berisi kata-kata, huruf-huruf yang sama pada bujur sangkar itu menghubungkan kata-kata secara vertikal dan horizontal. Hampir serupa dengan TTS yang kita kenal sekarang. (Penulis : Nia November 13, 2009 at 12:31) http://niahidayati.net/manfaat-teka-teki-silang-sebagai-penambah-wawasan-dan-mengasah-kemampuan.html
Kedua, pengertian media . Dalam buku Prof.Sri Anitah, M.Pd. tahun 2010 beberapa ahli yang berpendapat tentang pengertian media diantaranya Menurut Webster Dictonary (1960) media atau medium adalah segala sesuatu yang terletak di tengah dalam bentuk jenjang , atau alat apa saja yang digunakan sebagai perantara atau penghubung dua pihak atau dua hal . Menurut Association for Educational Communications and Technology (AECT, 1977) , mendefinisikan media sebagai segala bentuk yang digunakan untuk menyalurkan informasi . Berbeda dengan pendapat Briggs (1977) yang mengatakan bahwa media pada hekekatnya adalah peralatan fisik untuk membawakan atau menyempurnakan isi pembelajaran . Termasuk di dalamnya , buku , vidiotape, slide suara, suara guru atau salah satu komponen dari suatu sistem penyampaian. Di dalam tercakup segala peralatan fisik pada komunikasi seperti buku, slide, buku ajar, tape recorder. Gerlach dan Ely (1980) menjelaskan pula bahwa media adalah grafik, fotografi, elektronik , atau alat-alat mekanik untuk menyajikan , memproses , dan menjelaskan informasi lisan atau visual . Smaldino, dkk (2008) mengatakan bahwa media adalah suatu alat komunikasi dan sumber informasi . Berasal dari bahasa Latin yang berarti “antara” menunjuk pada segala sesuatu yang membawa informasi antara sumber dan penerima pesan .
Dalam buku Media Pengajaran pengarang Dr. Nana Sudjana dan Drs. Ahmad Rivai (2010) menerangkan bahwa media pengajaran mempunyai kedudukan sebagai alat bantu mengajar ada dalam komponen metodologi, sebagai salah satu lingkungan belajar yang diatur oleh guru.
Dari uraian di atas dapat saya simpulkan bahwa media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat mengantarkan pesan pembelajaran antara pengajar dan pebelajar agar pebelajar dapat menerima atau menangkap suatu pesan tersebut dengan mudah sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
2. Sejarah singkat Teka-Teki Silang
Dalam artikel yang ditulis oleh Nia Haryati pada November 13, 2009 at 12:31 (http://niahidayati.net/teka-teki-silang-cegah-otak-dari-kepikunan.htm), Teka-teki menjadi kegemaran lintas generasi ini, sesungguhnya merupakan hal baru, tetapi tidak begitu baru. Artinya, hal ini sudah berlangsung dari zaman ke zaman dengan format dan bentuk yang serupa tapi tak sama. Catatan sejarah menyatakan bahwa format TTS seperti sekarang sudah ada sejak zaman kuno. Bentuknya masih cukup sederhana, yaitu sebuah bujur sangkar berisi kata-kata, huruf-huruf yang sama pada bujur sangkar itu menghubungkan kata-kata secara vertikal dan horizontal. Hampir serupa dengan TTS yang kita kenal sekarang.
Dalam buku Tell Me When – Science and Technology, TTS pertama muncul di suratkabar New York World pada tanggal 21 Desember 1913. TTS pertama ini disusun oleh Arthur Winn dan diterbitkan pada lembar tambahan edisi hari Minggu suratkabar tersebut. Selama beberapa waktu. Ia kemudian teringat akan permaianan masa kecilnya Magic Square, sebuah permainan kata-kata dimana sang pemain harus menyusun kata agar sama mendatar dan menurun sehingga membentuk kotak.TTS ini menjadi ciri tetap suratkabar tersebut. Bentuk dan formatnya sudah seperti TTS yang kita kenal sekarang. Pola kotak-kotak hitam dan putih, dengan kata-kata berbeda yang saling bersilangan secara mendatar dan menurun, serta terdapat panduan pertanyaan atau definisi untuk tiap kata sebagai petunjuk pengisian. Hingga tahun 1924, yaitu ketika buku TTS pertama kali terbit, TTS belum begitu populer. Namun, setelah buku-buku TTS menyebar, TTS sangat digemari di seluruh Amerika, selanjutnya merambah ke Eropa dan seluruh dunia termasuk kita di Indonesia.
Setelah TTS ini begitu digemari, para pegiat buku TTS mulai berkreasi menciptakan teka-teki gambar dan kemudian dikenal dengan nama puzzle. Selain untuk hiburan, fungsi teka-teki gambar atau puzzle lebih diarahkan kepada fungsi edukasi, yakni untuk menstimulasi otak anak-anak. Baik TTS maupun teka-teki gambar/puzzle hingga saat ini masih sangat populer dan digemari. Biasanya untuk mengisi waktu santai kita. Bersantai sambil mengasah otak.
Berdasarkan penelitian tersebut, TTS dapat kita kategorikan sebagai stimulan yang berfungsi mengelola stress dan menghubungkan saraf-saraf otak yang terlelap. Sifat “fun” tapi tetap “learning” dari TTS memberikan efek menyegarkan ingatan, sehingga fungsi kerja otak kembali optimal karena otak dibiasakan untuk terus belajar dengan santai. Kondisi pikiran yang jernih, rileks dan tenang akan membuat memori otak kuat, sehinggadaya ingat pun menigkat. Wajar jika TTS dikatakan sebagai media rekreasi otak karena selain mengasahkemampuan kognitif, meningkatkan daya ingat, memperkaya pengetahuan, juga menyenangkan kita. Bermain sambil belajar istilahnya, karena seringkali hal-hal kecil yang terlupakan dan terlewatkan menjadi kita ketahui ketika mengisi TTS. Bisa juga kita katakan mengisi TTS sebagai ajang “latihan dan ujian tanpa beban” karena kecenderungannya untuk hiburan. Walaupun banyak TTS berhadiah dengan pertanyaan yang lebih sulit, tetap saja sifat dasar dan perannya membuat kita fun dan penasaran mencari jawaban. Tak masalah bila kita sering berjibaku dengan TTS karena manfaatnya sungguh besar untuk menjaga otak kita dari penyakit pikun. So, rekreasikan otak kita dengan mengisi TTS, cara sederhana yang berdampak luar biasa. (Nia Hidayati)
3. Teka-Teki Silang sebagai Media Pembelajaran
Belajar bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja dan tidak selamanya bersentuhan dengan hal – hal yang kongkrit, baik dalam konsep maupun faktanya. Belajar dalam realitasnya seringkali bersentuhan dengan hal-hal yang bersifat kompleks, maya dan berada di balik realitasnya. Oleh sebab itu suatu media memiliki andil yang besar dalam menjelaskan hal – hal yang abstrak dan menunjukan hal – hal yang tersembunyi. Dalam pembelajaran sering terjadi ketidakjelasan atau kerumitan bahan ajar sehingga dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Terkadang peran media dapat mewakili kekurangan pengajar dalam menyampaikan atau mengkomunikasikan materi pelajaran kepada pengajar . Tetapi kadang peran media tidak sepenuhnya menunjang proses pengajar sebab penggunaanya yang tidak sejalan dengan tujuan pengajaran . Karena itu tujuan pengajaran harus dijadikan sebagai dasar atau acuan untuk menggunakan suatu media. Apabila hal tersebut diabaikan maka media bukan lagi sebagai alat bantu pengajaran tetapi sebagai penghambat dalam pencapaian tujuan secara efektif dan efisien. Media memang penting dalam proses pengajaran akan tetapi tidak bisa menggeser peran guru di dalam kelas, sebab media hanya berupa alat bantu yang fungsinya memfasilitasi guru dalam pengajaran.
Saat ini masih banyak permasalahan yang muncul dalam kegiatan pembelajaran di sekolah . Misalnya Peserta didik kurang tertarik pada pelajaran, Peserta didik cenderung pasif dalam proses pembelajaran , Peserta didik merasa bosan untuk belajar dan sebagainya. Hal tersebut dikarenakan proses pembelajaran umumnya tidak menggunakan media , guru biasanya menggunakan metode ceramah sehingga yang aktif hanya gurunya saja , sedangkan peserta didik pasif. Padahal seiring berjalannya waktu , media pembelajaran saat ini sangat beragam jenisnya di pasaran. Para pendidik bisa mudah mendapatkannya . Namun, mengingat biaya dalam mendapatkam media pembelajaran yang tidak sedikit, sehingga bagi sekolah-sekolah yang kategorinya kurang mampu, mungkin belum bisa memanfaatkan media tersebut. Maka dari itulah, guru dituntut lebih kreatif untuk menciptakan dan menemukan media pembelajaran yang kategorinya lebih murah. Namun dilain sisi, banyak guru yang beranggapan bahwa media pembelajaran tidaklah terlalu penting dalam proses belajar. Mereka beranggapan bahwa membuat media pembelajaran hanyalah membuang waktu dan tenaga. Sebab, mereka beranggapan yang terpenting bagi pengajar adalah cara mengajar dan menerangkan pelajaran di kelas dengan benar. Mereka berfikir tidak perlu repot-repot membuat media pembelajaran sebab tidak terlalu penting . Begitulah pendapat guru yang tidak mau berepot-repot menyiapkan media pembelajaran.
Di zaman yang sekarang ini , Peserta didik sangat menuntut pengajar untuk mengajar lebih kreatif agar tidak membosankan. Karena itu, pengajar sangat memerlukan metode dan teknik-teknik baru dalam mengajar. Sebenarnya, bila kita bisa berpikir kreatif, apa pun yang kita temukan di sekitar kita bisa digunakan sebagai media pembelajaran dan tidak harus yang mahal-mahal . Pengajar dapat memanfaatkan permainan sebagai media pembelajaran misalnya yang kita bahas saat ini yaitu media pembelajaran ‘Teka-Teki Silang’.
Kata Teka-Teki Silang mungkin tidak asing lagi ditelinga kita semua mengingat sejarah Teka-Teki silang seperti yang sudah dijelaskan diatas . Teka-teki silang merupakan sebuah permainan yang cara mainnya yaitu mengisi ruang-ruang kosong yang berbentuk kotak dengan huruf-huruf sehingga membentuk sebuah kata yang sesuai dengan petujuk . Selain itu mengisi teka-teki silang atau biasa disebut dengan TTS memang sungguh sangat mengasikan , selain juga berguna untuk mengingat kosakata yang populer , selain itu juga berguna untuk pengetahuan kita yang bersifat umum dengan cara santai. Mengisi sebuah teka-teki silang membuat kita berpikir untuk mencari jawaban. Dan apabila belum menemukan jawabannya maka perasaan penasaran melanda dan mencari cara untuk memecahkanya . Biasanya orang mengisi TTS dalam keadaan santai dan mengisi TTS untuk mengisi waktu luang.
Melihat karakteristik TTS yang santai dan lebih mengedepankan persamaan dan perbedaan kata , maka sangat sesuai kalau misalnya dipergunakan sebagai sarana peserta didik untuk latihan dikelas yang diberikan oleh guru yang tidak monoton hanya berupa pertanyaan-pertanyaan baku saja.
Teka-teki silang akan dijadiakn media pembelajaran peserta didik , mengingat karakteristik permainan TTS yang mudah dan menyenangkan, diharapkan dapat mempermudah proses pembelajaran selain itu karakteristik peserta didik yang umumnya senang untuk diajak bermain.
Cara pengaplikasian TTS sebagai media pembelajaran yaitu Pengajar pertama-tama mendemonstrasikan terlebih dahulu permainan Teka-Teki Silang kepada peserta didik di depan kelas , kemudian memberitahukan cara mainya. Sebelum Pengajar mendemontrasikan permainan tersebut , Pengajar membuat Teka-Teki Silang sesuai bahan yang akan diajarkan . Caranya Pengajar menyiapkan bahan yang akan diajarkan , misalnya kita dapat mengambil contoh pelajaran Sejarah kelas 1 SMA dan sub bab yang akan dibahas yaitu Kerajaan-Kerajaan di Indonesia . Setelah bahan dipersiapkan guru membuat sebuah pertanyaan dan jawaban yang singkat saja misal jenisnya sinonim , antonim, atau akronim dan lain sebagainya . 
Selanjutnya Pengajar mendemonstrasikan terlebih dahulu permainan Teka-Teki Silang kepada peserta didik di depan kelas , kemudian memberitahukan cara mainnya. Lalu pengajar menuliskan Teka-Teki Silang tersebut di papan tulis tapi mungkin kalau ditulis di papan tulis membutuhkan waktu yang lama , maka alangkah efisiennya apabila sebelumnya TTS tersebut sudah ditulis di kertas yang ukurannya besar (kertas Asturo , Manila , Samson , dll ) sehingga tinggal ditempel di papan tulis . Semua peserta didik harus mengerjakannya kemudian disuruh maju ke depan atau bisa dibuat seperti kuis . Setelah Peserta didik menyelesaikan soal tersebut , mereka disuruh membuat Teka-Teki Silang yang meliputi soal dan jawaban . Apabila waktunya tidak cukup maka pembuatan Teka-Teki Silang diselesaikan di Rumah. Kemudian pertemuan selanjutnya hasil pembuatan TTS masing-masing peserta didik ditukarkan dengan teman beda bangku . Dan mereka disuruh mengerjakan TTS tersbut , lalu setelah selesai dikembalikan kepada yang punya . Selanjutnya yang punya TTS mengevaluasi dan hasilnya disampaikan oleh Pengajar .
Suatu media pembelajaran tentu tidak ada yang sempurna begitu juga dengan Teka-teki silang ini diantaranya mungkin agak susah kalau digunakan dalam pelajaran misalnya Matematika , Fisika atau Kimia mungkin terdapat banyak kesulitan dalam pembuatanya sebab dalam pelajaran tersebut terdapat banyak angka , sehingga kalau TTS berisikan angka-angka mungkin agak sulit dalam pembuatan dan pengarjaan TTS terebut. Kalau misalnya mata pelajaran tersebut dibuat TTS harusnya kalau angka, angka semua kalau huruf , huruf semua jadi mungkin akan lebih mudah . Selain itu efisiensi waktunya , pembuatan TTS tidak butuh waktu yang sedikit sebab pembuatannya yang rumit jadi banyak membuang waktu tetapi berhubung teknologi jaman sekarang maju maa masalah tersebut bisa sedikit diatasi misalnya dengan komputer dan bisa langsung diprint . Yang terakhir kelemahanya yaitu materi-materi yang berupa menjelaskan atau memaparkan tidak dapat dijadikan bahan TTS sebab tempatnya terbatas selain itu dalam TTS hanya istilah-istlah atau kata singkatan atau akronim-akronim .
Di antara kekurangan-kekurangan di atas , Media TTS mempunyai kelebihan diantaranya peserta didik lebih aktif dan kreatif misalnya peserta didik disuruh membuat TTS oleh gurunya maka mau tidak mau peserta didik harus berfikir untuk mencari bahan dalam bab yang akan dibuat TTS dengan cara membaca , walaupun yang dibaca tidak semuanya dalam bab tersebut setidaknya mereka mempelajari materinya untuk membuat soal dan mencari jawaban . Selanjutnya apabila sudah di sekolah atau di dalam kelas menukarkan hasil pembuatan TTS antar teman dan mengarjakannya untuk mencari jawaban, dalam proses pencarian jawaban ini maka otak peserta didik harus aktif , apabila yang belum tahu maka menjadi tahu dengan dicocokan jawabanya oleh yang punya TTS tesebut . Dalam penerapan media TTS ini pengajar harus memantau dengan intensif agar suasana dalam kelas tidak ribut tetap kondusif dan pembelajaran berjalan efaktif.
Penerapan media teka-teki silang memililik manfaat yaitu dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik sebab dalam mengisi TTS kondisi pikiran yang jernih, rileks dan tenang akan membuat memori otak kuat, sehingga daya ingat pun meningkat . Selain itu permainan TTS ini membuat kita berfikir dan juga mencari dan menemukan jawaban dengan menyenangkan tapi kadang membingungkan dalam memecahkan teka-teki tersebut. Mengisi TTS sebenarnya menyegarkan pikiran dan menambah wawasan bahkan dapat mengasah kemampuan otak dan sering-sering mengisi TTS mampu meningkatkan fungsi kerja otak manusia dan mencegah kepikunan dini .
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Teka-Teki Silang atau yang biasa disebut TTS merupakan sebuah permainan yang mengasah otak . Oleh sebab itu TTS bisa dijadikan media pembelajaran , meihat fungsi TTS yaitu membangunkan saraf-saraf otak yang memberi efek menyegarkan ingatan sehingga fungsi kerja otak kembali optimal karena otak dibiasakan untuk terus belajar dengan santai. Proses pembelajaran dalam keadaan santai maka materi yang diajarkan pengajar akan lebih masuk dan mengena dalam otak sehingga pembelajaran lebih efektif . Jadi dalam hal ini pengajar mendemonstrasikan permainan TTS tersebut kemudian peserta didik disuruh mengerjakannya dan selanjutnya peserta didik disuruh membuatnya . Penerapan media TTS ini diharapkan mampu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik .
B. Saran
Tenaga pengajar harus pandai-pandai memutar otak dalam pemilihan media pembelajaran dalam kelas . Dalam memilih media pengajar harus memperhatikan karakteristik peserta didik dan karakter media tersebut, sebab kalau misalnya tidak memperhatikan karakteristik kedua hal tersebut bisa terjadi ketidaksesuaian antara peserta didik dalam penggunaan media sehingga tujuan pembelajaran gagal tercapai . Dan yang biasa disalahkan adalah tenaga pengajar , maka pengajar harus pandai-pandai dalam memilih media pembelajaran untuk peserta didiknya.
DAFTAR PUSTAKA
Anitah Sri .2010. Media Pembelajaran. Surakarta : Yuma Pustaka
Nana Sudjana dan Ahmad Rivai. 2010. Media Pengajaran.
Bandung : Sinar Baru Algensindo
Webster Dictonary (1960) dalam buku Anitah Sri .2010.
Media Pembelajaran. Surakarta : Yuma Pustaka
Association for Educational Communications and Technology (AECT, 1977) dalam buku Anitah Sri .2010. Media Pembelajaran. Surakarta : Yuma Pustaka
Briggs (1977) dalam buku Anitah Sri .2010. Media Pembelajaran. Surakarta : Yuma Pustaka
Gerlach dan Ely (1980) dalam buku Anitah Sri .2010. Media Pembelajaran. Surakarta : Yuma Pustaka
Smaldino, dkk (2008) dalam buku Anitah Sri .2010. Media Pembelajaran. Surakarta : Yuma Pustaka
Artikel Nia hidayati November 13, 2009 at 12:31 http://niahidayati.net/manfaat-teka-teki-silang-sebagai-penambah-wawasan- dan-mengasah-kemampuan.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar